GOOGLE MAPS & BUKU AMAL


Suatu hari saya pernah mendapat email dari Google Maps Timeline yang berisi tentang catatan perjalanan saya selama satu bulan. Saya cukup kaget, ternyata fitur ini ada ya di Google Maps, baru tau.

Jadi di situ isinya menjelaskan sehari hari kemana aja sih kita. Sebagian besar trayek saya sih cuman rumah - kantor, sesekali ke warung atau depot untuk beli makan, ke rumah sakit untuk anter anak kontrol ke dokter, ke masjid, dan ke kantor istri untuk antar jemput. Di situ juga tertulis jam berapa kita berangkat, berapa lama perjalanan kita, jam berapa kita berpindah ke tempat lain, jalur mana yang kita ambil, dan pilihan kendaraan apa yang kita gunakan. Bahkan di akhir bulan, Google Map juga merekap, apakah ada tempat baru yang kita kunjungi.

Sangat canggih bukan? Tapi kalau kita pikir - pikir, bukankah ini hal yang agak mengerikan?

Kita seperti dimata-matai oleh seorang agen dengan teknologi tinggi yang memasang sensor di sepatu kita, yang mengintai kemanapun kita pergi. Tapi memang secara tidak sadar, sebenarnya kitalah yang mendaftarkan diri untuk “minta” diawasi. Bagaimana tidak? Hampir semua orang yang mempunyai smartphone, pasti memakai akun google mail. Membuat e-banking pakai email, sosial media pakai email, chat WA juga membutuhkan email, laptop pun butuh email. Apa yang kita buka di internet, history-nya juga tercatat, apa yang kita beli secara online semuanya pasti juga terekam jejak digitalnya. Lalu dengan semua yang kita sentuh sehari - hari di smartphone ini, bukankah berarti aktivitas dan data kita terekam oleh sistem ini? Bukankah privasi kita sebenarnya tidak privat lagi?

Oke, kasus ini akan saya bawa ke ranah agama, karena di negara +62, apalah arti sesuatu hal kalau tidak dikaitkan dengan agama. Yhaaaaa ~

Ternyata urusan merekam jejak dan pengintaian ini sudah tertulis di Alquran, bahkan nanti kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala apa yang kita lakukan. Seperti tertulis di dalam Alquran surat Qomar ayat 52-53, yang menjelaskan bahwa segala sesuatu baik yang besar dan yang kecil tercatat dalam buku catatan. Lalu di Surat Al Isro’ ayat 14, Allah berfirman, “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab amalmu.”

Saya sering mendengar istilah “Buku Amal” di dalam Alquran, yang membuat saya berimajinasi bahwa buku amal ini adalah semacam rapor dengan ukuran yang sangat besar, yang kelak akan ditampakkan kepada kita ketika hari kiamat. Mungkin para sahabat ketika itu juga beranggapan demikian, karena media pencatatan kala itu hanya buku (atau bahkan pelepah kurma). Namun sekarang, di 2020, orang bisa menyimpan data yang sangat besar dengan media yang kecil sebesar genggaman tangan. You named it, flash disk, harddisk eksternal, SD Card, dan media penyimpanan lain yang mungkin lebih canggih lagi di masa depan. Ditambah lagi, tangan, kaki, bahkan kulit kita akan berbicara menjadi saksi atas apa yang kita kerjakan.

Kalau buatan manusia saja sudah bisa secanggih ini, bagaimana dengan buatan Allah Sang Maha Pencipta?

Mungkin kita bisa menonaktifkan atau tidak menggunakan fitur Google, tapi apakah kita bisa mengelak dari pengawasan Allah Yang Maha Tahu?



Komentar